Senin, 21 Oktober 2013

Tawuran Pelajar (Pemuda dan Sosialisasi)


Pemuda adalah golongan manusia-manusia muda yang masih memerlukan pembinaan dan pengembangan kearah yang lebih baik, agar dapat melanjutkan dan mengisi pembangunan yang kini telah berlangsung, pemuda di Indonesia dewasa ini sangat beraneka ragam, terutama bila dikaitkan dengan kesempatan pendidikan. Dilihat dari segi ideologis politis, generasi muda adalah mereka yang berusia 18 – 30 – 40 tahun, karena merupakan calon pengganti generasi terdahulu.

Pada saat ini kita sering melihat berita-berita di TV menyiarkan soal tawuran antar pelajar. Pada tahun 2010, Komisi Nasional Perlindungan Anak mecatat ada sebanyak 128 kasus. Sedangkan pada tahun 2011 korban akibat tawuran pelajar meningkat tajam yaitu 339 kasus, dengan jumlah korban jiwa mencapai 82 korban. Jumlah kasus tawuran pelajar tiap tahunnya selalu bertambah.

Tawuran pelajar antar sekolah ini disebabkan oleh beberapa hal, seperti:
1. Kurangnya perhatian dari orang tua dan sekolah,
2. Kurang tersalurnya bakat siswa,
3. Tradisi dar generasi sebelumnya,
4. Pertambahan jumlah penduduk dan tata ruang kota,
4. Simbol kebanggaan.

Perselisihan pelajar bukan lagi hanya kenakalan remaja tetapi sudah menjurus ke arah kejahatan, alat-alat yang digunakan pun berupa senjata tajam dan cairan berbahaya yang digunakan untuk melukai sasarannya.  

Saya sendiri sudah mengalami rasanya menjadi korban tawuran. Saya yang kuliah di salah satu kampus daerah Bogor hendak pulang ke Depok dengan menumpangi mobil bus jurusan Kp. Rambutan - Bogor.  Ketika itu saya hendak pulang kuliah dan tanpa saya sadari, jam pulang saya bersamaan dengan jam pulang pelajar sekolah. Ketika di lampu merah Warung Jambu Bogor, bus yang saya tumpangi dinaiki oleh segerombolan anak-anak STM yang bersekolah disekitar lampu merah tersebut. Anak-anak sekolah itu berdiri secara bergerombol di depan dan belakang bus dekat dengan pintu bus. Saat itu saya tidak berfikir jika mereka akan membuat kerusuhan dalam bus. Tetapi setelah melewati daerah Kopem Bogor, suasana menjadi sedikit rusuh. Mereka mengejek sambil meneriaki anak-anak SMA yang ada di daerah Kopem. Bus yang melaju dengan cepat akhirnya dapat menghindari kemarahan pelajar SMA di dearah Kopem. Tetapi saat sampai dipersimpangan Pomad Bogor, terjadi kemacetan yang parah hingga bus tidak dapat bergerak. Disaat yang bersamaan muncul pelajar STM yang bersekolah di daerah Pomad. Saya yang duduk di bangku belakang dekat jendela sekilas melihat pedang yang bawa oleh pelajar dari luar bus yang diarahkan kedalam bus. Karena panik saya langsung berdiri kearah tengah bus karena untuk keluar juga tidak mungkin, karena bus telah dikepung oleh pelajar dengan berbagai macam senjata dan kaca-kaca bertebaran dalam bus akibat kaca bus yang dilempari batu oleh pelajar dari luar bus. Supir dan kondektur bus juga tidak dapat berbuat apa-apa lagi karena memang sedang macet parah dari segala arah. Saya yang begitu ketakutan akhirnya berhasil keluar dari bus lewat pintu depan bersama penumpang lainnya. Sayangnya disaat macet dan kerusuhan akibat tawuran pelajar seperti itu, tidak ada satupun polisi yang terlihat.  Yang ada dipikiran saya adalah ntah dimana moral pelajar itu sehingga tega menyerang pelajar lainnya dan menggangu keselamatan serta ketertiban masyarakat. Sejak saat itu saya sangat trauma melihat pelajar STM atau SMA yang ikut menumpangi bus yang saya naiki, karena jika mereka bertemu dengan pelajar dari sekolah lain, mereka pasti membuat keonaran. Mulai dari teriakan mengejek, hingga melemparkan batu ke arah kaca bus.

Bukan hanya saya yang menjadi korban tawuran, sepupu laki-laki saya yang bersekolah di daerah Tangerang, Banten juga menjadi korban tawuran pelajar bahkan hingga tewas. Sepupu saya yang berusia sekitar 17 tahun akhirnya meregang nyawa setelah jatuh dan kepalanya terbentur aspal ketika mobil angkot yang ditumpanginya diserang oleh pelajar dari sekolah lain saat hendak pulang ke rumah. 

Masih banyak lagi cerita miris mengenai tawuran antar pelajar diberbagai daerah dan pastinya merugikan ketentramanan masyarakat.


Cara untuk mencegah terjadinya kembali tawuran pelajar ini adalah:
1. Melakukan sosialisasi terhadap pelajar, 
2. Penyaluran bakat dan kreativitas yang dimiliki oleh pelajar, 
3. Pemidanaan serta ancaman kriminal bagi pelajar yang melakukan tawuran agar para pelajar ini menyadari bahwa apa yang dilakukannya akan berdampak buruk bagi masa depannya nanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar